Cerita Fabel Kancil Dan Singa

credit: aaronshep.com

dongenganakdunia - Tersebutlah puas zaman dahulu kala tentang seekor napuh yang sangat periang sedang jalan-kronologi dipadang rumput yang begitu luas, sejauh mata memandang hanya hamparan hijau nan menghilangkan ain.

Tidak seperti biasanya sang napuh ini terserah di provinsi padang rumput, "Aku sudah jenuh berada terus didalam hutan, cak hendak rasanya mengganti suasana serta berlaga dengan rival-pasangan baru," bisiknya momen itu.

Tentu namun suasana yang lain dari biasanya menciptakan menjadikan manah letih sang kancil, menjadi lebih segar dan hatinya bergairah dengan pengantian suasa seperti waktu ini ini.

Banyak sudah lawan-n partner baru yang dia kenal di padang jukut. Untuk menambah pergaulan hidup, sang kacil berdapat mereka serta menyapanya. Camar duka yang sungguh beda dengan suasana hutan ajang tinggalnya.

Rusa, zirafah, hipopotamus, kerbau liar juga sapi liar kehidupan dipadang jukut dan masih banyak kembali binatang yang lainnya makmur disana.

Siang pula akan berpalis malam, pergantian waktu yang dirasakan dulu singkat bakal si napuh, menjadi tidak terasa karena saking asyiknya berada ditempat baru di padang suket terbuka.

Karena musim sudah menunjukkan petang maka dia pun bergegas pulang ke rimba tempat tinggalnya, privat avontur mulutnya bukan henti-hentinya bersenandung kecil bagi menentramkan dulu di perjalanan.

Pertualangan cukuplah jauh dan memang sangat lengang, di waktu seperti itu kebanyakkan dari bangsa hewan pemakan rumput telah berada dirumahnya masing-masing.

Periode ini banyak mutakadim nan kancil pelajari di dunia luar yang memang semacam itu luas, selain mendapatkan teman-teman baru lagi adapun pengalaman dunia baru yang sangat indah membuat hatinya semakin bahagia sekadar.

Namun lamunan indahnya dikagetkan dengan kehadiran sang raja rimba yang berada tepat dipinggir hutan enggak rasi engkau kepingin masuk kedalam jenggala tempat tinggal.

Dengan gerakkan seperti kurat, sang kancil cepat berlari dari tempat itu condong hutan bagi menyelamatkan diri dari gangguan sang pemangsa si baginda hutan raja rimba.

Perut lezat di depan matanya sekonyongkonyong lari, pasti saja sang singa lain suntuk tutup mulut. Dengan propaganda yang bukan kalah gesitnya dia pun mengejarnya ke internal hutan.

Namun hutan bukanlah wadah yang halal dijadikan gelanggang berburu baginya, lambat-laun kamu pun menjadi terlampau kerepotan mengejar sang kancil nan sudah tahu seluk-beluknya hutan deras tersebut.

Tetapi enggak halnya dengan sang napuh dia sudah hapal benar dengan jalanan jenggala yang memang tempat dia bermain dari lampau dan juga sebagai rumah wadah tinggalnya.

Dengan bebas dia berputar-putar setiap obstruksi yang ada dijalanan rimba tersebut menciptakan menjadikan sang singa menjadi sangat keteteran sekali n domestik usaha mengejarnya.

Maka sampailah dia disebuah tebat nan airnya begitu jernih sehingga bayangan dirinya dapat terlihat atau tercermin diatas air kolam nan jernih.

Rasa haus setelah berlari cepat dan sepan lumayan jauh akhirnya membentuk dia mereguk air tebat tersebut sambil istirahat, pikirnya si singa sudah tak mengejarnya lagi dan sudah jauih terlambat dibelakangnya.

"Aku mau beristirahat habis sekelebat, sebab menurutku singa sudah tidak mengejarku pula dia mutakadim pencong ke padang rumput, sebab hutan bukanlah tempatnya mencari makan," sang kancil berguman dengan napasnya yang masih terengah-rengah.

Namun dugaan si kancil sangatlah meleset kali ini sebab sang raja hutan sekarang sudah berlambak dekat dengannya berbarengan menyerigai memperlihatkan gigi-gigi tajamnya.

"Asal makhluk kecil, mau lari kemana lagi akan aku kejar. Sememangnya engkau ini jenis tembolok lezat apakah? di beberapa anak lembu hutan bukan, engkau seorang tiada bertanduk, rusa pun separas saja ada tanduknya, belaka aku sudah tanggung mengejarmu sebatas disini maka tak apalah bakal sekedar mengganjal perutku yang memang sudah sedikit lapar, ggrrrrr," sang singa berbicara serampak menggeram menakutkan hati si kacil rasi itu.

Si napuh tinggal terkejut sekali dengan kejadian ini engkau belum siap kini untuk menghadapi sang raja rimba yang sedang kelaparan, sekadar sejemang sebuah ide pintarnya yang gila telah muncul didalam benaknya ketika teringat akan bayangan di air yang jernih itu.

Kancil merupakan binatang dengan apa kecerdikkannya telah tenar diseluruh hutan medan tinggalnya, hanya hatinya sangatlah baik terhadap boleh jadi sekali lagi, sehingga banyak teman dan sahabat nan menyayanginya.

"Baguslah kesannya dengan mudahnya engkau pun tertipu juga seperti korban-bulan-bulanan yang lainnya," hardik sang napuh.

Tentu saja raja rimba sangat kaget dibentak hewan buruannya yang akan menjadi santapannya dan yunior kali ini kali, ia dibentak binatang kecil seperti sang kancil.

"Segala katamu sehingga berani membentakku dengan kasar begitu? Ketahuilah aku merupakan raja wana nan berwajib dipadang rumput yang seluas alat penglihatan memandang dan siapakah engkau?" pengenalan sang emir hutan singa dengan lampau marah.

"Badanmu memang ki akbar, tampangmu memang seram namun otakmu sangatlah tolol sekali." Kata kancil.

"Aku sengaja memancingmu kerjakan mengikutiku ketempat makan kesukaanku ini, ha ha ha," kata sang kancil dengan bola matanya menatap begitu juga tidak tersirat rasa takut separas sekali terhadap singa.

"Wajah berdiri, badan besar, bodoh serta tempat makan kesukaan, apakah itu semua?" bertanya sang raja jenggala ia masa ini mutakadim masuk perangkap permainan kata-pembukaan terbit banyak akalnya sang kancil.

"Oh engkau belum memaklumi maksudku, sudah banyak singa nan menjadi makananku, mereka semua tertipu oleh badanku yang memang tertentang katai semata-mata aku habis demen sekali memakan daging singa yang padat semata-mata empuk kala aku kunyah," sang kancil menggertakkan gertakan pembukaan-katanya.

"Jangan gayutan anda berbohong padaku! hai binatang kecil aku tak akan pernah tertipu oleh gertakkanmu," sang singa terlihat berang sekali.

"Bakal barang apa aku berbohong, sahaja aku hanya merasa kasihan kepadamu, setiap boleh jadi aku makan singa aku majuh menyimpan kepalanya didalam korok bagi mengenang mereka," kata sang kancil sambil menunjuk kolam jernih nan dia katakan sebuah terowongan kepada sang raja hutan.

"Baiklah aku beri satu kesempatan kepadamu lakukan melihat lubang tersebut sebagai kebaikkan hatiku masa ini, sekadar janganlah ia mengamalkan konyol yang membuatku hilang kesabaran," berujar lagi sang kancil.

Rasa penasaranlah menuntun langkah sang raja rimba membidik pinggiran kolam yang dibilangnya lubang maka itu sang kancil, seketika terbantah bayangan kepalanya dari pantulan beningnya air tebat.

Sang singa merasa tergegau sekali menyibuk ini semua, hatinya waktu ini berangkat percaya bahwa apa yang dikatakan sang kancil benar adanya, dia lalu membalikkan raga dan dengan gerakkan kilat meloncat bersimbah meninggalkan medan tersebut tanpa basa-basi kembali, sira telah tertipu oleh kecerdikkan akal sang kancil.

Napuh mesem adv amat dia pula tertawa dengan munjung kesuksesan, "Badan boleh besar namun otakmu tetaplah bodoh," katanya.

Kekuatan adalah sumber dari kemajuan atau keberhasilan namun kekuatan pun bisa dikalahkan dengan dengan akal geladak yang lanjut akal, maka belajarlah cara menggunakan intelek dan akal busuk cerdikmu bagi mengerjakan kepentingan.

Sekian.

makanya: hilang akal
edit: n3m0

Advertising - Baca Juga : Dreamcatcher Symbol

Cerita Fabel Kancil Dan Singa,

Source: https://www.dongenganakdunia.com/2016/05/kancil-makan-singa-dongeng-indonesia.html

Posted by: grasserintim1952.blogspot.com

0 Response to "Cerita Fabel Kancil Dan Singa"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel